Motivasi Belajar

                                                                                                                        Motivasi Belajar
Motivasi menggambarkan suatu dorongan, kebutuhan atau keinginan untuk melakukan sesuatu yang khusus atau umum (Esti, 2002). Menurut Woolfolk (dalam Mertasari ,2003) mendefinisikan motivasi sebagai keadaan internal yang muncul, mengarahkan dan mempertahankan perilaku. Motivasi menjadikan individu melakukan aktivitas, seperti makan, belajar, bekerja, berbelanja, atau mengejar jabatan. Sedangkan motif merupakan segala daya dan upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Sardiman (2008) menyatakan, motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Berawal dari kata motif ini maka motivasi dapat dikatakan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Lebih lanjut dalam dalam kegiatan belajar, menurut Nasution (1995:76) menyatakan bahwa, “untuk belajar diperlukan motivasi ‘motivation is an essential condition of learning ’. Hasil belajar banyak ditentukan oleh motivasi. Motivasi menentukan intensitas usaha anak untuk belajar”. Dengan demikian aktivitas bekerja bisa terwujud akibat adanya motivasi yang melatarbelakangi pencapaian tujuan setelah pekerjaan tersebut selesai, seperti mendapatkan upah, atau mendapatkan kepuasan diri. Demikian pula individu belajar karena adanya motivasi yang mengacu pada tujuan setelah individu tersebut selesai belajar, seperti mendapat pekerjaan, memperoleh jabatan, atau mendapatkan pengakuan dari orang lain.
Motivasi mengawali terjadinya perubahan energi atau tenaga pada seseorang yang penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik. Setiap motivasi bertalian erat dengan suatu tujuan. Motivasi mempunyai tiga fungsi yaitu:
1.      Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
2.      Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
3.      Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dijalankan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyampingkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak, di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang ditetapkan subyek belajar siswa dapat tercapai. Hal ini dipertegas oleh Esti (2002:329) yaitu: “Motivasi adalah salah satu prasyarat yang amat penting dalam belajar”. Disebutkan pula bahwa, motivasi merupakan serangkaian usaha yang menyediakan kondisi tertentu, sehingga seseorang ingin dan mau melakukan sesuatu, dan apabila ia tidak suka maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka tersebut.
Beberapa definisi motivasi yang telah diuraikan mengacu pada faktor-faktor personal, seperti kebutuhan, minat dan kesenangan. Sementara itu beberapa definisi yang lain menunjuk kepada faktor-faktor eksternal, seperti hadiah, pujian, tekanan sosial, atau hukuman. Esti (2002) menyatakan, motivasi yang muncul dari faktor-faktor sepeti minat, atau kesenangan dinamakan motivasi intrinsik, sedangkan motivasi yang timbul dari keinginan untuk mendapatkan pujian atau hadiah dan menghindari hukuman dinamakan motivasi ekstrinsik.
Bila individu secara intrinsik termotivasi maka individu tersebut tidak membutuhkan insentif/perangsang atau hukuman untuk membuatnya beraktivitas karena aktivitas itu sendiri sudah merupakan hadiah. Sebaliknya individu yang melakukan aktivitas karena motivasi ekstrinsik maka individu tersebut beraktivitas hanya untuk mendapatkan hadiah, menghindari hukuman, menyenangkan guru, atau demi beberapa alasan lain yang memiliki kaitan sedikit sekali dengan aktivitas yang dilakukan. Sesungguhnya tidak ada rasa tertarik yang muncul dari dalam diri individu tersebut untuk melakukan aktivitas yang sedang dikerjakan. Motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik perlu dibangkitkan selama proses pembelajaran.
Pengetahuan tentang motivasi seperti yang tersebut di atas penting diketahui oleh seorang guru maupun calon guru untuk dapat menggerakkan motif-motif yang ada dalam diri siswa untuk belajar sehingga pembelajaran tidak bersifat paksaan dari guru atau orang lain. Oleh sebab itu guru harus mampu membangkitkan motivasi belajar siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
Guru dapat menggunakan bermacam-macam motivasi agar siswa giat belajar. Adapun teknik /cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, yaitu sebagai berikut:
1.      Memberi angka
        Angka yang dimaksud adalah simbol atau nilai dari hasil aktivitas belajar siswa. Djamarah (2002) menyatakan, angka merupakan alat motivasi yang cukup memberikan rangsangan kepada siswa untuk mempertahankan atau meningkatkan prestasi belajar mereka. Menurut Nasution (1995), banyak murid yang berusaha dengan segenap tenaga untuk mendapatkan angka yang baik. Angka itu bagi mereka merupakan motivasi yang kuat. Apabila angka yang diperoleh siswa lebih tinggi dari siswa lainnya, maka siswa tersebut cenderung mempertahankannya.
Guru harus berhati-hati dalam memberikan angka. Angka itu harus benar-benar menggambarkan hasil belajar siswa. Berbagai pertimbangan harus diperhatikan oleh guru, apakah betul angka yang diperoleh oleh siswa tersebut dari hasil usahanya sendiri.
2.      Memberi hadiah
Pemberian hadiah dapat diterapkan di sekolah. Guru dapat memberikan hadiah kepada siswa yang berprestasi. Dalam kegiatan belajar-mengajar guru dapat memberikan hadiah berupa apa saja kepada siswa yang berprestasi dalam menyelesaikan tugas atau dapat meningkatkan disiplin dalam belajar. Hadiah yang diberikan kepada siswa tidak harus mahal, yang murah juga bisa selama bertujuan memotivasi belajar siswa. Hadiah benda dapat berupa buku tulis, bolpoin, pensil, penggaris dan buku bacaan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan belajar siswa.
Keampuhan hadiah sebagai alat mendapatkan umpan balik dari siswa akan terasa jika penggunaannya tepat. Nasution (1995) menyatakan, jika terlalu sering memberikan hadiah, maka siswa akan giat belajar hanya untuk mendapatkan hadiah dari guru saja dan menyimpangkan pikiran siswa dari tujuan belajar yang sebenarnya.
3.      Memberi pujian
Teknik lain untuk memberikan motivasi kepada siswa adalah pujian. “Pujian sebagai akibat dari pekerjaan yang diselesaikan dengan baik merupakan motivasi yang baik” (Nasution, 1995:81). Lebih lanjut Slameto (2003) menyatakan, kata-kata pujian seperti ‘bagus’, ‘baik’, ‘pekerjaan yang baik’, yang diucapkan segera setelah siswa melakukan tingkah laku yang diinginkan atau mendekati tingkah laku yang diinginkan, merupakan pembangkit motivasi yang besar. Selain pemberian pujian secara verbal juga dapat dilakukan secara non verbal seperti dengan cara menganggukkan kepala, senyuman, dan sentuhan (menepuk bahu siswa). Guru hendaknya mencari hal-hal pada setiap anak yang dapat dipuji seperti tulisannya, ketelitian, tingkah laku, dan sebagainya. Pujian memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi harga diri anak.
4.      Saingan/ kompetisi
Saingan sering digunakan sebagai alat untuk mencapai prestasi yang lebih tinggi di lapangan industri, perdagangan, dan juga di sekolah. Persaingan/kompetisi sering mempertinggi hasil belajar, baik persaingan interpersonal, persaingan antar kelompok, maupun persaingan dengan diri sendiri. Kompetisi interpersonal antara teman-teman sebaya sering menimbulkan semangat persaingan, kompetisi kelompok dapat memberikan sumbangan dan terlibat dalam keberhasilan kelompok merupakan motivasi yang kuat bagi anggota kelompok, dan kompetisi dengan diri sendiri yaitu menggunakan catatan tentang prestasi terdahulu dapat merupakan motivasi yang efektif.
5.      Memberi tugas
       Menurut Djamarah (2002:173) “tugas merupakan suatu pekerjaan yang menuntut pelaksanaannya untuk diselesaikan”. Tugas dapat diberikan oleh guru setelah selesai menyampaikan bahan pelajaran. Sebelum penyampaian bahan pelajaran, guru memberitahukan kepada siswa bahwa setelah penyampaian bahan pelajaran, semua siswa akan mendapat tugas. Siswa yang menyadari akan mendapat tugas dari guru setelah mereka menerima bahan pelajaran, akan mempehatikan bahan pelajaran dengan baik. Mereka berusaha meningkatkan perhatian dengan konsentrasi terhadap penjelasan yang disampaikan guru. Jika siswa tidak memperhatikan penjelasan guru, maka mereka tidak akan bisa menyelesaikan tugas dengan baik.
       Dalam memberikan tugas, agar siswa memperoleh kesempatan untuk sukses bukan berarti mereka harus diberi pekerjaan yang mudah saja. Tugas yang sulit yang mengandung tantangan akan merangsang siswa untuk mengeluarkan segenap tenaganya untuk menyelesaikan soal yang diberikan. Tentu saja tugas itu selalu dalam batas kesanggupan anak. “Menghadapkan anak dengan problem-problem merupakan motivasi yang baik”(Nasution, 1995:81).
6.      Mengetahui hasil
Dorongan ingin mengetahui hasil belajar membuat seorang siswa berusaha agar keinginannya menjadi kenyataan. Djamarah (2002) menyatakan, dengan mengetahui hasil dari apa yang telah dilakukan oleh siswa, apalagi hasilnya dengan prestasi yang tinggi dapat mendorong dan memotivasi siswa untuk mempertahankannya, serta meningkatkannya di kemudian hari dengan cara giat belajar.
       Jika di dalam diri siswa sudah ada dorongan atau motivasi untuk giat belajar, maka tidak sukar lagi bagi guru untuk membelajarkan siswa. Hasil belajar yang rendah dapat berdampak negatif bagi siswa. Siswa yang mengetahui hasil kerjanya dengan nilai rendah akan merasa kecewa. Untuk itulah guru harus bisa menanamkan pengertian kepada siswa dan menyampaikan apa yang harus dilakukan sehingga akan tertanam sikap positif pada diri siswa agar tidak kecewa dengan prestasi belajar yang telah dicapainya.
7.      Hukuman
Hukuman merupakan penguatan negatif, tetapi kalau diberikan dengan tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi yang baik (Sardiman, 2008). Dalam proses belajar mengajar, siswa yang membuat keributan dapat diberikan sanksi untuk menjelaskan kembali materi pelajaran yang baru saja dijelaskan guru. Sanksi segera dilakukan dan tidak ditunda, karena tujuannya untuk mendapatkan umpan balik dari siswa terhadap materi pelajaran yang baru saja dijelaskan guru. Siswa yang merasa mendapat sanksi itu sadar atas kesalahan yang ia lakukan dan tentu saja dia tidak akan mengulangi kenakalannya kembali karena khawatir akan mendapat sanksi yang kedua kalinya. Dengan upaya tersebut, siswa berusaha bersikap tenang dengan memfokuskan perhatiannya pada materi pelajaran yang dijelaskan oleh guru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar