Pendekatan Reciprocal Teaching

                                                        Pendekatan Reciprocal Teaching
Menurut Hamalik (1997), belajar mandiri adalah kegiatan yang dilakukan oleh individu yang dimaksud untuk memperbaiki diri sendiri dan dimulai oleh diri sendiri. Oleh karena itu, keterlibatan siswa untuk melaksanakan belajar secara mandiri salah satu indikator keefektifan belajar. Salah satu alternatif pembelajaran dalam pendekatan konstruktivisme berdasarkan pada prinsip-prinsip pembuatan pertanyaan adalah pendekatan reciprocal teaching (Nur dan Wikandari, 2000: 16).
Pada pembelajaran ini, guru mengajarkan siswa keterampilan-keterampilan kognitif penting dengan menciptakan pengalaman belajar, melalui pemodelan perilaku tertentu dan kemudian membantu siswa mengembangkan keterampilan tersebut atas usaha mereka sendiri dengan pemberian semangat, dukungan dan suatu sistem scaffolding (Ann Brown, dan Annemarie Palincsar, dalam Nur, 2000: 48). Scaffolding adalah bimbingan yang diberikan oleh orang yang lebih tahu kepada orang yang kurang atau belum tahu (misalnya guru kepada siswa atau siswa yang pandai dengan siswa lain yang kurang pandai).
Aderson dan Burn, mengajukan empat strategi pemahaman spesifik, yaitu sebagai berikut.
1.    Siswa mempelajari materi yang ditugaskan secara mandiri, selanjutnya membuat ringkasan dari materi tersebut.
2.    Siswa membuat pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang diringkasnya.
Pertanyaan yang dibuat diharapkan mampu mengungkapkan penguasaan atas materi yang bersangkutan
3.    Siswa mampu menjelaskan kembali isi materi tersebut kepada pihak lain
4.    Siswa dapat memprediksi kemungkinan pengembangan dari materi pelajaran.
Jadi, pendekatan reciprocal teaching yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang dirancang agar tujuan pembelajaran tercapai melalui kegiatan mandiri yang terdiri dari membuat rangkuman, membuat pertanyaan, memprediksi jawaban, dan menjelaskan kembali isi materi tersebut kepada pihak lain. Kegiatan merangkum diperlukan siswa untuk mengingat kembali informasi yang telah dipelajari dalam kata-kata sendiri, sehingga siswa dapat memaknai dengan jelas apa yang harus dikuasai. Dari apa yang telah dirangkum, siswa membuat pertanyaan sehingga mampu mengungkapkan penguasaan materi dan membangkitkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Dalam memprediksi jawaban, para siswa  didorong untuk menjawab sendiri pertanyaan yang telah dibuatnya. Siswa belum dapat dikatakan telah belajar sebelum bertanya pada dirinya sendiri kemudian menjawab pertanyaan (Kirna, dkk, 2003). Kemudian beberapa siswa yang mewakili temannya menjelaskan kembali materi tersebut atau mempresentasikan hasil temuannya kepada pihak lain. Hal ini menunjukan keaktifan siswa sangat diperlukan dalam proses pembelajaran sehingga pembelajaran berlangsung secara efektif.
Pendekatan reciprocal teaching membantu siswa untuk mendapatkan pemahaman dan membangun pengertiannya pada suatu informasi dan lebih lanjut mereka mendapat sebuah keterampilan belajar. Pendekatan reciprocal teaching memberikan kesempatan pada siswa untuk menggali materi yang akan didiskusikan di kelas, memberikan kesempatan interaksi siswa dengan siswa, dan siswa dengan guru dalam diskusi kelompok. Selain itu, pembelajaran ini memberikan kontribusi yang positif pada siswa dalam hal memperoleh pemahaman, meningkatkan interaksi dan partisipasi, dan mengembangkan hubungan baru antara siswa dari tingkat kemampuan yang berbeda (heterogen).

Motivasi Belajar

                                                                                                                        Motivasi Belajar
Motivasi menggambarkan suatu dorongan, kebutuhan atau keinginan untuk melakukan sesuatu yang khusus atau umum (Esti, 2002). Menurut Woolfolk (dalam Mertasari ,2003) mendefinisikan motivasi sebagai keadaan internal yang muncul, mengarahkan dan mempertahankan perilaku. Motivasi menjadikan individu melakukan aktivitas, seperti makan, belajar, bekerja, berbelanja, atau mengejar jabatan. Sedangkan motif merupakan segala daya dan upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Sardiman (2008) menyatakan, motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Berawal dari kata motif ini maka motivasi dapat dikatakan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Lebih lanjut dalam dalam kegiatan belajar, menurut Nasution (1995:76) menyatakan bahwa, “untuk belajar diperlukan motivasi ‘motivation is an essential condition of learning ’. Hasil belajar banyak ditentukan oleh motivasi. Motivasi menentukan intensitas usaha anak untuk belajar”. Dengan demikian aktivitas bekerja bisa terwujud akibat adanya motivasi yang melatarbelakangi pencapaian tujuan setelah pekerjaan tersebut selesai, seperti mendapatkan upah, atau mendapatkan kepuasan diri. Demikian pula individu belajar karena adanya motivasi yang mengacu pada tujuan setelah individu tersebut selesai belajar, seperti mendapat pekerjaan, memperoleh jabatan, atau mendapatkan pengakuan dari orang lain.
Motivasi mengawali terjadinya perubahan energi atau tenaga pada seseorang yang penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik. Setiap motivasi bertalian erat dengan suatu tujuan. Motivasi mempunyai tiga fungsi yaitu:
1.      Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
2.      Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
3.      Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dijalankan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyampingkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak, di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang ditetapkan subyek belajar siswa dapat tercapai. Hal ini dipertegas oleh Esti (2002:329) yaitu: “Motivasi adalah salah satu prasyarat yang amat penting dalam belajar”. Disebutkan pula bahwa, motivasi merupakan serangkaian usaha yang menyediakan kondisi tertentu, sehingga seseorang ingin dan mau melakukan sesuatu, dan apabila ia tidak suka maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka tersebut.
Beberapa definisi motivasi yang telah diuraikan mengacu pada faktor-faktor personal, seperti kebutuhan, minat dan kesenangan. Sementara itu beberapa definisi yang lain menunjuk kepada faktor-faktor eksternal, seperti hadiah, pujian, tekanan sosial, atau hukuman. Esti (2002) menyatakan, motivasi yang muncul dari faktor-faktor sepeti minat, atau kesenangan dinamakan motivasi intrinsik, sedangkan motivasi yang timbul dari keinginan untuk mendapatkan pujian atau hadiah dan menghindari hukuman dinamakan motivasi ekstrinsik.
Bila individu secara intrinsik termotivasi maka individu tersebut tidak membutuhkan insentif/perangsang atau hukuman untuk membuatnya beraktivitas karena aktivitas itu sendiri sudah merupakan hadiah. Sebaliknya individu yang melakukan aktivitas karena motivasi ekstrinsik maka individu tersebut beraktivitas hanya untuk mendapatkan hadiah, menghindari hukuman, menyenangkan guru, atau demi beberapa alasan lain yang memiliki kaitan sedikit sekali dengan aktivitas yang dilakukan. Sesungguhnya tidak ada rasa tertarik yang muncul dari dalam diri individu tersebut untuk melakukan aktivitas yang sedang dikerjakan. Motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik perlu dibangkitkan selama proses pembelajaran.
Pengetahuan tentang motivasi seperti yang tersebut di atas penting diketahui oleh seorang guru maupun calon guru untuk dapat menggerakkan motif-motif yang ada dalam diri siswa untuk belajar sehingga pembelajaran tidak bersifat paksaan dari guru atau orang lain. Oleh sebab itu guru harus mampu membangkitkan motivasi belajar siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
Guru dapat menggunakan bermacam-macam motivasi agar siswa giat belajar. Adapun teknik /cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, yaitu sebagai berikut:
1.      Memberi angka
        Angka yang dimaksud adalah simbol atau nilai dari hasil aktivitas belajar siswa. Djamarah (2002) menyatakan, angka merupakan alat motivasi yang cukup memberikan rangsangan kepada siswa untuk mempertahankan atau meningkatkan prestasi belajar mereka. Menurut Nasution (1995), banyak murid yang berusaha dengan segenap tenaga untuk mendapatkan angka yang baik. Angka itu bagi mereka merupakan motivasi yang kuat. Apabila angka yang diperoleh siswa lebih tinggi dari siswa lainnya, maka siswa tersebut cenderung mempertahankannya.
Guru harus berhati-hati dalam memberikan angka. Angka itu harus benar-benar menggambarkan hasil belajar siswa. Berbagai pertimbangan harus diperhatikan oleh guru, apakah betul angka yang diperoleh oleh siswa tersebut dari hasil usahanya sendiri.
2.      Memberi hadiah
Pemberian hadiah dapat diterapkan di sekolah. Guru dapat memberikan hadiah kepada siswa yang berprestasi. Dalam kegiatan belajar-mengajar guru dapat memberikan hadiah berupa apa saja kepada siswa yang berprestasi dalam menyelesaikan tugas atau dapat meningkatkan disiplin dalam belajar. Hadiah yang diberikan kepada siswa tidak harus mahal, yang murah juga bisa selama bertujuan memotivasi belajar siswa. Hadiah benda dapat berupa buku tulis, bolpoin, pensil, penggaris dan buku bacaan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan belajar siswa.
Keampuhan hadiah sebagai alat mendapatkan umpan balik dari siswa akan terasa jika penggunaannya tepat. Nasution (1995) menyatakan, jika terlalu sering memberikan hadiah, maka siswa akan giat belajar hanya untuk mendapatkan hadiah dari guru saja dan menyimpangkan pikiran siswa dari tujuan belajar yang sebenarnya.
3.      Memberi pujian
Teknik lain untuk memberikan motivasi kepada siswa adalah pujian. “Pujian sebagai akibat dari pekerjaan yang diselesaikan dengan baik merupakan motivasi yang baik” (Nasution, 1995:81). Lebih lanjut Slameto (2003) menyatakan, kata-kata pujian seperti ‘bagus’, ‘baik’, ‘pekerjaan yang baik’, yang diucapkan segera setelah siswa melakukan tingkah laku yang diinginkan atau mendekati tingkah laku yang diinginkan, merupakan pembangkit motivasi yang besar. Selain pemberian pujian secara verbal juga dapat dilakukan secara non verbal seperti dengan cara menganggukkan kepala, senyuman, dan sentuhan (menepuk bahu siswa). Guru hendaknya mencari hal-hal pada setiap anak yang dapat dipuji seperti tulisannya, ketelitian, tingkah laku, dan sebagainya. Pujian memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi harga diri anak.
4.      Saingan/ kompetisi
Saingan sering digunakan sebagai alat untuk mencapai prestasi yang lebih tinggi di lapangan industri, perdagangan, dan juga di sekolah. Persaingan/kompetisi sering mempertinggi hasil belajar, baik persaingan interpersonal, persaingan antar kelompok, maupun persaingan dengan diri sendiri. Kompetisi interpersonal antara teman-teman sebaya sering menimbulkan semangat persaingan, kompetisi kelompok dapat memberikan sumbangan dan terlibat dalam keberhasilan kelompok merupakan motivasi yang kuat bagi anggota kelompok, dan kompetisi dengan diri sendiri yaitu menggunakan catatan tentang prestasi terdahulu dapat merupakan motivasi yang efektif.
5.      Memberi tugas
       Menurut Djamarah (2002:173) “tugas merupakan suatu pekerjaan yang menuntut pelaksanaannya untuk diselesaikan”. Tugas dapat diberikan oleh guru setelah selesai menyampaikan bahan pelajaran. Sebelum penyampaian bahan pelajaran, guru memberitahukan kepada siswa bahwa setelah penyampaian bahan pelajaran, semua siswa akan mendapat tugas. Siswa yang menyadari akan mendapat tugas dari guru setelah mereka menerima bahan pelajaran, akan mempehatikan bahan pelajaran dengan baik. Mereka berusaha meningkatkan perhatian dengan konsentrasi terhadap penjelasan yang disampaikan guru. Jika siswa tidak memperhatikan penjelasan guru, maka mereka tidak akan bisa menyelesaikan tugas dengan baik.
       Dalam memberikan tugas, agar siswa memperoleh kesempatan untuk sukses bukan berarti mereka harus diberi pekerjaan yang mudah saja. Tugas yang sulit yang mengandung tantangan akan merangsang siswa untuk mengeluarkan segenap tenaganya untuk menyelesaikan soal yang diberikan. Tentu saja tugas itu selalu dalam batas kesanggupan anak. “Menghadapkan anak dengan problem-problem merupakan motivasi yang baik”(Nasution, 1995:81).
6.      Mengetahui hasil
Dorongan ingin mengetahui hasil belajar membuat seorang siswa berusaha agar keinginannya menjadi kenyataan. Djamarah (2002) menyatakan, dengan mengetahui hasil dari apa yang telah dilakukan oleh siswa, apalagi hasilnya dengan prestasi yang tinggi dapat mendorong dan memotivasi siswa untuk mempertahankannya, serta meningkatkannya di kemudian hari dengan cara giat belajar.
       Jika di dalam diri siswa sudah ada dorongan atau motivasi untuk giat belajar, maka tidak sukar lagi bagi guru untuk membelajarkan siswa. Hasil belajar yang rendah dapat berdampak negatif bagi siswa. Siswa yang mengetahui hasil kerjanya dengan nilai rendah akan merasa kecewa. Untuk itulah guru harus bisa menanamkan pengertian kepada siswa dan menyampaikan apa yang harus dilakukan sehingga akan tertanam sikap positif pada diri siswa agar tidak kecewa dengan prestasi belajar yang telah dicapainya.
7.      Hukuman
Hukuman merupakan penguatan negatif, tetapi kalau diberikan dengan tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi yang baik (Sardiman, 2008). Dalam proses belajar mengajar, siswa yang membuat keributan dapat diberikan sanksi untuk menjelaskan kembali materi pelajaran yang baru saja dijelaskan guru. Sanksi segera dilakukan dan tidak ditunda, karena tujuannya untuk mendapatkan umpan balik dari siswa terhadap materi pelajaran yang baru saja dijelaskan guru. Siswa yang merasa mendapat sanksi itu sadar atas kesalahan yang ia lakukan dan tentu saja dia tidak akan mengulangi kenakalannya kembali karena khawatir akan mendapat sanksi yang kedua kalinya. Dengan upaya tersebut, siswa berusaha bersikap tenang dengan memfokuskan perhatiannya pada materi pelajaran yang dijelaskan oleh guru.

Efektivitas Penggunaan LKS dalam Pembelajaran Matematika

                         Efektivitas Penggunaan LKS dalam Pembelajaran Matematika
Penelitian ini menggunakan LKS sebagai alat bantu pembelajaran yang berisi sejumlah informasi dan permasalahan-permasalahan yang harus dikerjakan siswa. LKS merupakan suatu lembar yang berisikan sejumlah informasi serta instruksi yang ditujukan untuk mengarahkan siswa bertingkah laku sesuai dengan harapan pembuat LKS atau pengajar. LKS memberikan kesempatan luas kepada siswa untuk ikut aktif dalam proses pembelajaran. Lembar kerja dirancang agar dapat membantu siswa dalam memahami materi yang didiskusikan, mengurangi dominasi guru selama proses pembelajaran berlangsung, serta meminimalisasi rasa bosan siswa terhadap apa yang dipelajarinya. Dalam hal ini guru hanya berfungsi sebagai pembimbing siswa selama mengerjakan LKS. Pada prinsipnya pemberian LKS bertujuan mengembangkan kreativitas siswa dalam menggali informasi dan pengalaman baru. Akibatnya konsep yang dipelajari lebih lama melekat dalam ingatan siswa.
Selama ini di SMP sudah menggunakan LKS, namun LKS hanya dijadikan sarana untuk bahan tugas tentang materi yang baru selesai dijelaskan. Jadi penggunaan LKS belum optimal sesuai dengan fungsinya. LKS tidak dapat menggantikan peran guru dalam kelas, guru tetap mengawasi kelas atau memberi semangat, dorongan belajar atau bimbingan individual.
Dalam pembelajaran matematika akan dikembangkan kemampuan-kemampuan yang menggunakan pikiran-pikiran, nalar dan aktivitas. Dalam kaitannya dengan pembelajaran matematika, LKS mempunyai empat fungsi.

Adapun fungsi dari LKS tersebut adalah:
1.    Sebagai kegiatan latihan
Kemampuan merupakan perwujudan dari perbuatan dan olah pikiran seperti menghitung, mengukur, mengidentifikasi, mengamati, menyimpulkan, menerapkan dan mengkomunikasikan dapat dikembangkan melalui latihan. Misalnya memberikan tugas atau aktivitas, siswa diminta untuk mengkorelasikan jawaban dengan huruf sehingga merupakan suatu pernyataan. Siswa sendiri dapat mengetahui benar atau salahnya jawaban dari latihan tersebut. Dalam kaitan dengan fungsi ini siswa menjadi termotivasi untuk mengerjakan latihan.
2.      Untuk kegiatan diskusi
Permasalahan yang terdapat dalam LKS digunakan siswa untuk kegiatan diskusi dalam kelompok kecil yang heterogen yang dibentuk oleh guru atas dasar kesepakatan siswa dengan guru. Diskusi antar siswa dalam kelompok akan banyak manfaatnya bagi siswa sendiri, dalam diskusi siswa dituntut selalu aktif berpartisipasi, siswa dilatih berpikir kritis, siap mengemukakan pendapat dengan tepat, berpikir secara objektif dan menghargai pendapat orang lain.
3.      Untuk penemuan
Dalam LKS ini siswa dibimbing untuk menyelidiki suatu situasi atau keadaan tertentu, agar menemukan pola situasi tersebut untuk membuat suatu perkiraan atau dugaan (hipotesa). Penemuan yang dimaksud disini bukan penemuan sungguhan, sebab apa yang ditemukan itu sebenarnya sudah ditemukan sebelumnya akan tetapi belajar menemukan itu penting sebab dengan menemukan sendiri siswa akan lebih paham dengan apa yang dipelajari.  

4.      Untuk menerangkan penerapan
Siswa dibimbing menuju suatu metode penyelesaian soal, dengan kerangka penyelesaian dari serangkaian soal-soal tertentu. Hal ini akan berguna jika penyelesaian soal aplikasi yang memerlukan banyak langkah, atau menerangkan gambar/diagram yang berlatar belakang pengetahuan yang berbeda. Selain itu, penggunaan LKS sebagai pilihan lain dari metode yang dijawab, dimana siswa dapat memeriksa sendiri jawaban pertanyaan itu.
Dalam penggunaannya di dalam dan di luar kelas LKS dapat berperan baik bagi guru maupun bagi siswa.
Manfaat LKS bagi guru adalah:
1.      Merupakan alternatif bagi guru untuk mengarahkan pengajaran atau memperkenalkan suatu kegiatan tertentu.
2.      Dapat mempercepat proses pembelajaran atau menghemat waktu belajar siswa.
3.      Dapat disiapkan sewaktu jam bebas, sebelum memasuki kelas serta dapat dibagikan secara cepat kepada siswa untuk dapat dipelajari.
4.      Dapat memudahkan penyelesaian tugas perorangan atau kelompok kecil, karena siswa dalam menyelesaikan tugas itu sesuai dengan kecepatannya, karena tidak setiap siswa dapat memahami persoalan itu pada keadaan dan saat yang sama.
5.      Dapat meringankan kerja guru dalam memberi bantuan perorangan atau meremidi terutama untuk pengelolaan kelas besar.


Manfaat LKS bagi siswa adalah:
1.      Dapat meningkatkan motivasi siswa, karena setiap kali mengisi/mengerjakan LKS mereka dituntut untuk mencari materi yang sesuai dengan yang ada di LKS.
2.      Dapat membangkitkan minat siswa, jika LKS itu disusun menarik, misalnya tulisannya yang sistematis, berwarna dan bergambar.
3.      Sebagai pembimbing siswa. Belajar tidak harus dilakukan di bawah bimbingan guru, akan tetapi dapat pula dilakukan dimana saja sepanjang siswa menginginkannya.
Beberapa keuntungan yang diperoleh dari pembelajaran yang menggunakan LKS adalah sebagai berikut:
1.      Dapat meningkatkan jenjang belajar maupun tingkat ingatan siswa sehingga jumlah mereka yang gagal dan menunjukkan kinerja yang tidak memuaskan dapat dikurangi secara nyata.
2.      Memberikan kesempatan lebih kepada siswa yang lamban maupun yang cepat untuk menyelesaikan pelajaran sesuai dengan tingkat kemampuan masing-masing dalam kondisi belajar yang cocok.
3.      Menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa.
4.      Perhatian guru lebih banyak tercurah pada perseorangan dan memberikan kesempatan lebih luas untuk berlangsungnya interaksi antar siswa.
Guru mempunyai waktu lebih banyak untuk memantau siswa sebagai wujud tanggung jawabnya.
tinggalkan komen untuk perbaikan

model pembelajaran ARIAS

                                                            Model Pembelajaran ARIAS
Model Pembelajaran ARIAS merupakan modifikasi dari model ARCS. Model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfication) pertama kali diperkenalkan oleh Jhon M Keller pada tahun 1987. Keller (dalam Kiranawati, 2007) menyatakan bahwa model pembelajaran ARCS dikembangkan berdasarkan teori nilai harapan (expectancy value theory) yang mengandung dua komponen yaitu nilai (value) dari tujuan yang akan dicapai dan harapan (expectancy) agar berhasil mencapai tujuan itu. Dari kedua komponen itu oleh Keller dikembangkan menjadi empat komponen. Lebih lanjut Keller (dalam Mertasari, 2003) menyatakan empat komponen tersebut yakni: (1) minat/attention, yakni sejauh mana rasa ingin tahu siswa dibangkitkan dan dipertahankan dari waktu ke waktu; (2) relevansi/relevance, yang berkaitan dengan sejauh mana proses pembelajaran dapat memuaskan atau sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan pribadi siswa; (3) harapan/confidence, perasaan untuk berhasil yang mungkin berada dalam kendali siswa sendiri; dan (4) pemuasan/satisfaction, mengacu kepada kombinasi ganjaran ekstrinsik dan motivasi instrinsik yang sesuai dengan antisipasi siswa.
Model pembelajaran ini menarik karena dikembangkan atas dasar teori-teori belajar. Namun demikian pada model pembelajaran ini ditambahkan tahap assessment. Assessment merupakan salah satu aktivitas evaluasi pendidikan yang perlu dilakukan untuk mengetahui/mengecek pamahaman siswa yang selanjutnya dapat membimbing siswa dalam pengalaman belajarnya. Assessment dapat dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung. Mengingat pentingnya assessment dalam pembelajaran, maka model pembelajaran ARCS dimodifikasi yaitu dengan menambahkan komponen assessment pada model pembelajaran tersebut.
Dengan modifikasi tersebut, model pembelajaran yang digunakan mengandung lima komponen yaitu: attention (minat/perhatian); relevance (relevansi); confidence (percaya/yakin); satisfaction (kepuasan/bangga), dan assessment (mengecek). Modifikasi juga dilakukan dengan penggantian nama confidence menjadi assurance, dan attention menjadi interest karena kata-kata tersebut bersinonim. Kiranawati (2007) menyatakan “untuk memperoleh akronim yang lebih baik dan lebih bermakna urutannya juga dimodifikasi menjadi assurance, relevance, interest, assessment dan satisfaction”. Dengan mengambil huruf awal dari masing-masing komponen menghasilkan kata ARIAS sebagai akronim. Oleh karena itu, model pembelajaran yang sudah dimodifikasi ini disebut model pembelajaran ARIAS. Secara lebih rinci langkah-langkah dari model pembelajaran ARIAS sebagai berikut; fase assurance (A)     fase relevance (R)    fase interes (I)      fase assessment (A)     fase satisfaction (S). Kelima komponen tersebut merupakan satu kesatuan yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran.
1.      Assurance (Percaya Diri) = A
      Assurance yaitu berhubungan dengan sikap percaya diri, yakin akan berhasil atau yang berhubungan dengan harapan untuk berhasil, Keller (dalam Kiranawati, 2007). Seorang siswa yang memiliki sikap percaya diri tinggi cenderung akan berhasil. Sikap dimana siswa merasa yakin, percaya dapat berhasil mencapai sesuatu akan mempengaruhi mereka bertingkah laku untuk mencapai keberhasilan tersebut. Harapan untuk berhasil biasanya dipengaruhi oleh pengalaman sukses di masa lalu, sehingga pengalaman sukses tersebut akan memotivasi siswa untuk mengerjakan tugas berikutnya. Sikap percaya diri perlu ditanamkan kepada siswa untuk mendorong mereka agar berusaha dengan maksimal guna mencapai keberhasilan yang optimal. Dengan sikap yakin, percaya diri dan merasa mampu dapat melakukan sesuatu dengan berhasil, siswa akan terdorong untuk melakukan suatu kegiatan dengan sebaik-baiknya sehingga dapat mencapai hasil yang lebih baik dari sebelumnya.
Beberapa cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa, antara lain:
a.    Membantu siswa menyadari kekuatan dan kelemahan diri serta menanamkan pada siswa gambaran diri positif terhadap diri sendiri. Misalnya dengan menghadirkan seseorang yang terkenal dalam suatu bidang sebagai pembicara, memperlihatkan video tapes atau potret seseorang yang telah berhasil (sebagai model), merupakan salah satu cara menanamkan gambaran positif pada diri siswa.
b.    Meningkatkan harapan siswa untuk berhasil dengan memperbanyak pengalaman keberhasilan siswa. Misalnya dengan menyusun pembelajaran agar lebih mudah dipahami, mengurutkan materi dari yang mudah ke yang sukar dan dari yang konkret ke abstrak. Dengan demikian siswa merasa berhasil sejak awal mengikuti pembelajaran.
c.    Menggunakan suatu patokan, standar yang memungkinkan siswa dapat mencapai keberhasilan. Misalnya dengan mengatakan bahwa kamu tentu dapat menjawab pertanyaan di bawah ini tanpa melihat buku.
d.   Tumbuhkan kepercayaan diri siswa dengan mengatakan; “Nampak kamu telah memahami konsep ini dengan baik”, serta menyebut kelemahan siswa sebagai hal-hal yang masih perlu diperbaki. Jika siswa salah mengerjakan tugas, guru sebaiknya tidak mengatakan “Kamu salah”, atau “Kamu bodoh”, tetapi guru dapat menggunakan kata-kata lain yang lebih halus, misalnya; “Jawabanmu sudah hampir tepat”, atau “Mungkin masih ada jawaban yang lain”.
e.    Memberi kesempatan pada siswa secara bertahap mandiri dalam belajar dan melatih suatu keterampilan.
2.    Relevance (Relevansi) = R
      Pengertian relevansi antara lain menunjukkan adanya hubungan bahan ajar dengan kebutuhan dan kondisi siswa. Lebih lanjut, menurut Keller (dalam Kiranawati, 2007) menyatakan relevansi menunjukkan adanya hubungan antara materi pelajaran dengan kehidupan siswa, baik berupa pengalaman sekarang atau pengalaman yang telah dimiliki. Pembelajaran matematika sering kali dirasakan “kering dari makna dan tidak membumi”. Siswa akan senang mengikuti pembelajaran apabila siswa merasa apa yang mereka pelajari berguna dan bermanfaat bagi kehidupan mereka. Sesuatu yang memiliki arah tujuan dan sasaran yang jelas serta manfaat dan sesuai dengan kehidupan akan mendorong siswa untuk mencapai tujuan tersebut. Dengan tujuan yang jelas, siswa akan mengetahui kemampuan apa yang akan mereka miliki dan pengalaman apa yang akan didapat. Siswa juga akan mengetahui kemampuan yang telah mereka miliki dan kemampuan yang belum mereka miliki sehingga kekurangan-kekurangan yang mereka miliki dapat diminimalkan. Dengan demikian, motivasi siswa akan terpelihara jika mereka menganggap bahwa apa yang mereka pelajari dapat bermanfaat dan sesuai dengan anggapan mereka selama ini.
      Usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh guru untuk menunjukkan relevansi pembelajaran adalah:
a.    Mengemukakan tujuan pembelajaran dan kompetensi dasar yang ingin dicapai. Jika siswa mengetahui tujuan dari pembelajaran tersebut maka mereka akan terdorong untuk mencapai tujuan tersebut.
b.    Menjelaskan manfaat materi yang dipelajari bagi kehidupan siswa baik untuk masa sekarang ataupun untuk berbagai aktivitas di masa mendatang.
c.    Menjelaskan peranan materi yang akan dipelajari dengan mata pelajaran lain atau di tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
d.   Menggunakan bahasa yang jelas atau contoh-contoh yang ada hubungannya dengan pengalaman nyata. Bahasa yang jelas adalah bahasa yang dipahami oleh siswa sedangkan pengalaman nyata akan mampu menjebatani siswa ke hal-hal yang baru.


3.      Interest (Minat) = I
Interest adalah yang berhubungan dengan minat/perhatian siswa. Minat adalah kecendrungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Menurut Slameto (2003) minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar sebaik-baiknya. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari dan disimpan, karena minat menambah kegiatan belajar. Lebih lanjut Keller (dalam Kiranawati, 2007) menyatakan bahwa dalam kegiatan pembelajaran, minat/ perhatian tidak hanya harus dibangkitkan melainkan juga harus dipelihara selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Bila seorang siswa mengalami peristiwa belajar, berarti siswa tersebut memiliki dorongan yang berasal dari dalam dirinya untuk mengatur aktivitas, minat, sikap dan kehendaknya. Guru harus memiliki kreativitas untuk mendorong munculnya rasa ingin tahu siswa sehingga minat dan perhatian siswa terhadap materi yang dipelajarinya dapat ditingkatkan. Dengan adanya minat/perhatian siswa terhadap tugas yang diberikan dapat mendorong siswa melanjutkan tugasnya. Siswa akan kembali mengerjakan suatu tugas apabila siswa merasa tugas tersebut menarik dan sesuai dengan minat dan perhatian siswa.
Beberapa cara yang dapat digunakan untuk membangkitkan dan menjaga minat/perhatian siswa antara lain:
a.    Gunakan metode pembelajaran yang bervariasi. Misalnya; metode tanya jawab, metode diskusi, simulasi, serta metode lain yang dapat menimbulkan dan memelihara minat  siswa terhadap pelajaran.
b.    Gunakan media untuk melengkapi penyampaian materi. Media yang dimaksud meliputi; diagram, alat peraga, dan film.
c.    Memberi kesempatan pada siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran, misalnya para siswa diajak diskusi dalam kelompok kecil untuk memilih topik yang akan dibicarakan, mengajukan pertanyaan atau mengemukakan masalah yang perlu dipecahkan. Disini guru dapat memberikan LKS yang berisi permasalahan yang harus dikerjakan oleh siswa sehingga akan tercipta komunikasi yang efektif.
d.   Bila dirasa tepat gunakan humor selama kegiatan pembelajaran berlangsung sehingga pembelajaran akan terasa lebih menyenangkan.
e.    Gunakan contoh peristiwa nyata untuk memperjelas konsep yang ada dalam materi pelajaran.  
4.      Assessment (Mengecek) = A
Assessment yaitu yang berhubungan dengan evaluasi terhadap siswa. Webb and Briars (dalam Suherman dkk, 2003) menyatakan assessment dalam matematika adalah proses penentuan apakah siswa tahu. Assessment merupakan suatu bagian dari aktivitas pengajaran matematika, yaitu pengecekan apakah siswa memahami materi yang dipelajari. Tujuan dari suatu assessment adalah mendapatkan umpan balik dari siswa dan kemudian menggunakan informasi yang diperoleh untuk membimbing pengembangan pengalaman belajar siswa. Dengan adanya umpan balik, siswa akan mengetahui kelebihan dan kekurangan yang dimiliki sehingga akan mendorong dan meningkatkan motivasi belajar siswa. Pada fase inilah kemampuan komunikasi matematika siswa diasah. Mereka diharapkan mampu mengkomunikasikan ide yang telah mereka dapatkan dengan menggunakan kata-kata mereka sendiri. Assessment tidak hanya dilakukan oleh guru tetapi juga oleh siswa untuk mengetahui kemampuan diri mereka sendiri (self assessment). Assessment diri dilakukan oleh siswa terhadap diri mereka sendiri, maupun terhadap teman mereka. Hal ini akan mendorong siswa untuk berusaha lebih baik lagi dari sebelumnya untuk mencapai hasil yang maksimal. Soekamto (dalam Kiranawati, 2007) menyatakan assessment terhadap diri sendiri dapat mendukung proses belajar mengajar serta membantu siswa meningkatkan keberhasilannya. Dengan demikian assessment diri dapat mendorong siswa untuk meningkatkan apa yang ingin mereka capai sehingga dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Oleh karena itu untuk mempengaruhi hasil belajar siswa assessment perlu dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran.
Beberapa cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan assessment antara lain adalah:
a.    Mengadakan assessment dan memberikan umpan balik yang konstruktif selama pembelajaran agar siswa mengetahui tingkat pemahaman mereka. Umpan balik bisa dilakukan secara lisan selama proses pembelajaran berlangsung, bisa juga dalam bentuk tulisan pada lembar jawaban ulangan, laporan, tugas, PR, lembar kerja siswa atau dengan membahas soal-soal yang belum tuntas.
b.     Memberikan assessment yang obyektif dan adil serta segera menginformasikan hasil assessment kepada siswa. Dengan ini siswa dapat segera tahu konsep mana yang belum dan sudah dipahami. Guru juga dapat membahas kekeliruan atau kesalahan yang dilakukan oleh siswa sehingga siswa tahu konsep mana yang benar.
c.    Memberikan kesempatan pada siswa mengadakan assessment terhadap diri sendiri dan assessment terhadap teman-temannya. Hal ini dapat dilakukan ketika siswa mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas dengan memberikan alasan/penjelasan dari hasil kerjanya (assessment diri)  dan tanggapan dari siswa lain terhadap hasil kerja siswa tersebut (assessment terhadap teman) . Dalam hal ini guru dapat meminta siswa menjelaskan bagaimana ia sampai pada penggunaan pemecahan masalah seperti itu dan guru juga dapat melakukan observasi terhadap cara yang digunakan oleh siswa dan melakukan perbaikan terhadap kekeliruan tersebut.
5.      Satisfaction (Kepuasan) = S
      Satisfaction berhubungan dengan rasa bangga dan puas atas hasil yang telah dicapai. Chairani (2005:13) menyatakan, “keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan akan memberikan kepuasan tersendiri bagi siswa, dan siswa akan berupaya untuk mencapai tujuan yang lainnya dengan berhasil pula”. Keberhasilan dan kebanggaan ini akan menjadi penguat bagi siswa. Menurut Keller (dalam Kiranawati, 2007) berdasarkan teori kebanggaan, rasa puas dapat timbul dari dalam diri individu sendiri yang disebut kebanggaan intrinsik, dimana individu merasa puas dan bangga telah berhasil mengerjakan, mencapai atau mendapat sesuatu. Kebanggaan ekstrinsik merupakan rasa puas yang timbul karena pengaruh dari luar idividu. Kepuasan ini sangat dipengaruhi oleh konsekuensi yang diperoleh siswa. Konsekuensi ini dapat berupa penghargaan atau reward atas keberhasilan yang diperoleh siswa. Penghargaan tersebut dapat bersifat verbal maupun nonverbal. Rasa puas dan bangga perlu ditanamkan dan dijaga dalam diri siswa agar siswa tersebut mampu memperoleh hasil belajar yang baik.
Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kepuasan dan bangga siswa, adalah:
a.       Memberikan penguatan (reinforcement), penghargaan yang pantas baik secara verbal maupun non verbal kepada siswa yang telah menampilkan keberhasilannya. Ucapan guru: “Bagus kamu telah mengerjakannya dengan baik sekali”, menganggukkan kepala sambil tersenyum tanda setuju atas jawaban siswa terhadap suatu pertanyaan, serta mengancungkan jempol merupakan suatu bentuk penguatan bagi siswa yang telah berhasil melakukan suatu kegiatan. Ucapan yang tulus atau senyuman guru yang simpatik menimbulkan rasa bangga pada siswa dan ini akan mendorongnya untuk melakukan kegiatan lebih baik lagi, dan memperoleh hasil yang lebih baik dari yang sebelumnya.
b.      Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan pengetahuan atau keterampilan yang baru diperoleh dalam situasi nyata dan simulasi.
c.       Memperlihatkan perhatian yang besar kepada siswa, sehingga mereka merasa dikenal dan dihargai oleh para guru.
d.      Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membantu teman mereka yang mengalami kesulitan atau memerlukan bantuan. 
Model pembelajaran harus memiliki unsur-unsur yang menjadi konsep dasar yaitu teori yang mendasari, sintaks, prinsip reaksi, sistem sosial, sistem pendukung, dampak instruksional, dan dampak pengiring. Untuk itu agar ARIAS dapat dikatakan suatu model pembelajaran maka harus memiliki unsur-unsur di atas. Secara umun sintaks model pambelajaran ARIAS adalah sebagai berikut.
Tabel  Sintaks Model Pembelajaran ARIAS
Fase
Prinsip Reaksi
Assurance (A)
v  Menanamkan rasa yakin/percaya pada siswa, memotivasi siswa.
·  Guru meningkatkan harapan siswa untuk berhasil dengan menyusun materi pembelajaran dari yang mudah ke yang sukar.
·  Guru meningkatkan rasa percaya diri siswa dengan memberikan umpan balik yang positif.
v  Mengingatkan konsep yang telah dipelajari yang merupakan materi prasyarat.
·  Guru mengulang materi prasyarat yang telah dipelajari dengan metode bervariasi, misalnya dengan metode tanya jawab.
Relevance (R)
v  Menyampaikan tujuan pembelajaran/kompetensi dasar yang akan dicapai.
·  Guru menyampaikan tujuan pembelajaran/kompetensi dasar agar siswa memahami arah pembelajaran.
·  Guru menjelaskan manfaat materi yang dipelajari dengan kehidupan sehari-hari dan peranan materi tersebut dengan mata pelajaran lain.
Interest
(I)
v  Menarik dan memelihara minat/perhatian siswa.
·  Guru menjelaskan tentang konsep/ materi dengan menggunakan metode/strategi yang bervariasi. Misalnya: belajar kooperatif dan diskusi kelas dengan menggunakan LKS.
v  Memberikan bimbingan belajar.
·  Siswa menanyakan hal-hal yang belum dipahami dalam mengerjakan tugas pada guru.
·  Guru membantu siswa yang mengalami kesulitan mengerjakan tugas.
Assessment  (A)








v  Mengecek kegiatan pembelajaran.
·  Siswa mempresentasikan hasil pengerjaan LKS dengan memberikan alasan/penjelasan dari hasil kerjanya (self assessment) dan tanggapan dari siswa lain terhadap hasil kerjanya (assessment terhadap teman).
·  Guru meminta siswa menjelaskan bagaimana ia sampai pada penggunaan pemecahan masalah tersebut.
·  Guru memberikan umpan balik tentang kebenaran mengerjakan tugas dan guru memberikan penguatan verbal dan non verbal verbal kepada siswa yang hasil kerjanya sudah bagus.

Satisfaction (S)
v  Memperkuat retensi dan transfer.
·  Siswa menarik kesimpulan dan merangkum materi yang telah dipelajari.
·  Guru memberikan penguatan dan penghargaan yang pantas, baik secara verbal maupun non verbal kepada siswa yang telah berhasil menampilkan keberhasilannya.
v  Mengevaluasi hasil belajar siswa
·   Guru memberikan tes kepada siswa untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang sudah dipelajari.
·   Guru memberikan tugas kepada siswa agar mereka bisa menerapkan materi yang sudah dipelajari.Memperkuat retensi dan transfer.
                (dimodifikasi dari Chairani, 2005)

Sistem sosial dari model pembelajaran ARIAS yaitu bercirikan lingkungan belajar yang sistematis, bermakna dan sederhana sehingga siswa merasa nyaman mengikuti kegiatan pembelajaran. Siswa aktif berinteraksi dengan seluruh peserta belajar dalam kelas, interaksi ini berlangsung secara berkesinambungan sehingga guru tidak mendominasi pembelajaran. Ini akan memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan kemampuan penalarannya dan siswa lebih dihargai mengemukakan ide-ide yang ada dalam pikirannya. Sistem pendukung adalah segala sesuatu yang dibutuhkan siswa untuk dapat menggali informasi yang sesuai dan yang diperlukan dalam mencapai tujuan pengajaran, misalnya; LKS, buku penunjang, dan rencana pembelajaran. Model pembelajaran ARIAS mempunyai dampak instruksional yaitu perolehan dan penguasaan materi baru. Dampak pengiringnya yaitu siswa mempunyai rasa percaya diri dalam mengemukakan pendapat yang dimiliki, tumbuhnya minat dan perhatian siswa terhadap pembelajaran matematika serta motivasi siswa untuk belajar semakin besar.
dari berbagai sumber
semoga bermanfaat tingglakan koment untuk perbaikan.........